Tujuan Penyalinan Naskah
Teks
pada umumnya disalin dengan tujuan tertentu. Proses penyalinan naskah atau teks
adalah merupakan rangkaian turun- temurun yang disalin karena beberapa alasan,
yaitu:
- Ingin memiliki naskah;
- Karena teks asli sudah rusak;
- Karena kekhawatiran akan terjadi sesuatu terhadap naskah.
Rangkaian
penurunan yang dilewati oleh suatu teks yang turun-temurun disebut tradisi.
Tradisi penyalinan naskah tersebut memiliki beberapa alasan yang menyebabkan
terjadinya penyalinan, yaitu:
- Naskah diperbanyak karena orang ingin memiliki sendiri naskah tersebut.
- Naskah asli sudah rusak dimakan zaman.
- Dikhawatirkan terjadi sesuatu dengan naskah asli, misalnya hilang, terbakar, ketumpahan benda cair, perang, atau hanya karena terlantar saja.
- Naskah disalin dengan tujuan magis, karena dengan menyalin suatu naskah tertentu orang merasa mendapat kekuatan magis dari yang disalinnya itu.
- Naskah yang dianggap penting disalin dengan berbagai tujuan, misalnya tujuan politik, agama, pendidikan, dan sebagainya.
Menurut
de Haan (1973) dalam Baried (1985:57-58), mengenai terjadinya teks ada beberapa
kemungkinan:
1.
Aslinya hanya ada dalam ingatan pengarang atau pengelola
cerita.turun-temurun terjadi secara terpisah yang satu dengan yang lain melalui
dikte apabila orang ingin memiliki teks itu sendiri. Tiap kali teks diturunkan
dapat terjadi variasi. Perbedaan teks adalah bukti berbagai pelaksanaan
penurunan dan perkembangan cerita sepanjang hidup pengarang.
2.
Aslinya adalah teks tertulis, yang lebih kurang merupakan kerangka yang masih
memungkinkan atau memerlukan kebebasan seni. Dalam hal ini, ada kemungkinan
bahwa aslinya disalin begitu saja dengan tambahan seperlunya. Kemungkinan lain
ialah aslinya disalin, dipinjam, diwarisi, atau dicuri.
3.
Aslinya merupakan teks yang tidak mengizinkan kebebasan dalam pembawaannya
karena pengarang telah menentukan pilihan kata, urutan-urutan kata, dan
komposisi untuk memenuhi maksud tertentu yang ketat dalam bentuk literer itu.
4.
Terjadilah cabang tradisi kedua atau ketiga di samping yang telah ada karena
varian-varian pembawa cerita dimasukkan.
Frekuensi
penyalinan naskah tergantung pada sambutan masyarakat terhadap suatu naskah.
Frekuensi tinggi penyalinan menunjukkan bahwa naskah itu sangat digemari,
misalnya naskah WS yang jumlahnya sangat banyak dan terdapat di berbagai
daerah, dan sebaliknya, apabila frekuensi penyalinan kurang ini merupakan
petunjuk bahwa suatu naskah kurang populer dan kurang diminati oleh masyarakat.
Frekuensi tinggi dalam penyalinan mengakibatkan ketidaksempurnaan teks naskah
tersebut. Sering terjadi penghilangan, penambahan, atau pergantian fonem, kata,
frase, dan klausa terhadap teks salinan mengakibatkan kurangnya keaslian teks
tersebut. Semakin banyaknya kerusakan atau varian pada naskah salinan maka
mengakibatkan sulitnya menentukan naskah salinan yang paling dekat dengan
naskah aslinya. Akibat penyalinan terjadilah beberapa varian naskah mengenai
suatu cerita. Dalam penyalinan yang berkali-kali itu tidak tertutup kemungkinan
timbulnya berbagai kesalahan atau perubahan. Hal itu terjadi, antara lain:
- Penyalin kurang memahami bahasa atau pokok persoalan naskah yang disalin;
- Tulisan tidak terang dan salah baca;
- Ketidaktelitian sehingga beberapa huruf hilang (haplografi), seperti: penyalinan maju dari perkataan ke perkataan yang sama (saut du meme an meme), suatu kata, suatu bagian kalimat, beberapa baris, atau satu bait terlampaui, atau sebaliknya ditulis dua kali (ditografi);
- Penggeseran dalam lafal dapat mengubah ejaan; ada kalanya huruf terbalik atau baris puisi tertukar;
- Peniruan bentuk kata karena pengaruh perkatan lain yang baru saja disalin.
Dalam
proses salin-menyalin yang demikian, korupsi atau rusak bacaan tidak dapat
dihindari. Di samping perubahan yang terjadi karena ketidaksengajaan, setiap
penyalin bebas untuk menambah, mengurangi, mengubah naskah, menurut seleranya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi zaman penyalinan (Baried, 1985:59).
Pada
abad XIX kegiatan penyalinan naskah Melayu tumbuh subur. Di antara tempat
penyalinan yang pernah ada, Jakarta atau Batavia dulu tercatat sebagai kota
yang banyak melahirkan penyalin naskah. Bukan tidak beralasan bila di kota
tersebut kreativitas para penyalin atau pengarang dapat berkembang. Pada waktu
itu Algemeene Secretarie (selanjutnya disingkat AS), yaitu kantor pemerintah
Belanda yang didirikan pada tahun 1819, memprakarsai penyalinan naskah
Melayu.Algemeene Secretarie menyalin naskah-naskah tersebut dengan beberapa tujuan
diantaranya:
- Sebagai bahan pelajaran akademi Pamong Praja Delft.
- Agar dapat mempelajari kebudayaan Indonesia sebagai upaya pendekatan pada bangsa Indonesia.
Selain
Algameene Secretarie, Jakarta juga memiliki penyalin yang berasal dari
masyarakat. Penyalin-penyalin tersebut memiliki naskah yang kemudian mereka
salin dengan berbagai tujuan. Tujuan para penyalin tersebut antara lain sebagai
profesi; menyewakan naskah; dan untuk mencari penghasilan. Para penyalin naskah
di Jakarta menyalin naskah-naskah sebagai profesi agar penyalin tersebut
memiliki pekerjaan. Dari profesi yang mereka tekuni tersebut, mereka mendapat
penghasilan yang bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ini merupakan salah satu
tujuan yang bersifat komersil sebab dari penyalinan naskah tersebut mereka
menyewakannya dengan memungut biaya.
Berbeda
dengan tujuan naskah Jakarta yang bersifat komersil, naskah Palembang memiliki
tujuan untuk menyebarkan ajaran islam. Hal ini berkaitan erat dengan proses
Islamisasi yang berkembang di Palembang. Palembang pada masa itu terdapat
orang-orang Arab yang bermukim di Palembang, mereka mendirikan tempat ibadah
yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Dengan adanya penyalinan naskah tersebut,
ajaran-ajaran Islam yang berkembang dapat ditulis yang kemudian disebarkan.
Selain untuk penyebaran agama, penyalinan naskah Palembang juga bertujuan untuk
menunjukkan suatu kekuasaan atau kehebatan kerajaan-kerajaan yang ada di
Palembang. Penyalinan naskah Palembang seperti naskah “Asal-Asal Raja
Palembang” menunjukkan mengenai silsilah keturunan raja Palembang
yang dapat menggambarkan masa-masa kejayaan setiap raja yang memimpin pada saat
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar